Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Begini Suasana Ramadhan di IKN, Kumandang Adzan, Gemerlap Lampu Proyek, dan Rajutan Keberagaman

Suasana Ramadhan tahun ini memang berbeda dan istimewa. Tidak saja disikapi dengan antusiasme tinggi, melainkan bagi sebagian penghuni HPK dan juga mereka yang terlibat pembangunan, tahun 2024 mungkin adalah Ramadhan kali pertama di ibu kota masa depan.

Tampak para pekerja dengan rupa-rupa seragam dan aneka lencana berbaur, melebur, dan mempersiapkan kudapan untuk berbuka.

Canda, tawa, dan gurau meruap di kantin yang biasanya kerap dimanfaatkan sebagai tempat janji temu, janji tawa, dan juga janji cengkerama.

Menariknya, di antara ribuan pekerja yang tengah mempersiapkan untuk membatalkan puasa, terdapat sejumlah pekerja non muslim yang juga ikut menantikan saat berbuka.

Kenneth Pribadi yang bekerja untuk perusahaan KSO PT PP (Persero) Tbk-PT Markinah, dan Aditya Harland Lorentio Bandhaso, pekerja perusahaan konsultan PT Prama Karya Mandiri, salah duanya.

Sementara Kenneth bahkan kerap membantu teman-teman muslimnya membelikan takjil, serta membangunkan sahur. 

"Tak jarang saya juga sering mengingatkan mereka untuk jeda, menjalankan shalat dzuhur, dan ashar. Mereka senang dan berterima kasih diingatkan. Pokoknya, di sini pembauran itu ada dan nyata. Saya tidak merasa jadi minoritas. Saya justru gembira dan bangga bisa menjadi bagian dari sejarah, ikut membangun IKN," papar Kenneth.

Ekonomi Sirkular

Di HPK yang berjumlah 36 kios UMKM yang sebagian besar berasal dari kawasan Sepaku dan sekitarnya, para pekerja ini memenuhi hajat kulinernya.

Tersedia beragam takjil, mulai dari menu wajib seperti gorengan, kolak, minuman manis, hingga penganan khas Kalimantan bernama wadai talam dan soto banjar.

Selain itu, terdapat juga makanan berat seperti pecel, ayam goreng, nasi goreng, capcay, lalapan, masakan rumahan, nasi campur, dan lain sebagainya. 

Menurut Direktur Pelayanan Dasar Otorita IKN (OIKN) Suwoto, seluruh tenant yang mengisi kantin HPK ini telah dikurasi, dan harus seluruhnya berasal dari warga Sepaku dan sekitarnya.

Hal ini untuk memenuhi ketentuan penyerapan tenaga kerja lokal, membangkitkan ekonomi UMKM lokal, serta sirkulasi ekonomi.

Omzetnya per hari bisa mencapai Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per hari. Angka ini, menurutnya jauh lebih tinggi dibandingkan warung di rumahnya yang paling banter meraup Rp 500.000 per hari.

Kedai Julia menyediakan penganan ringan seperti roti, biskuit, mie instan, minuman dalam kemasan, es teh, es campur, dan lain-lain.

"Bahan baku saya dapatkan dari para tetangga, dan untuk yang kemasan saya ambil dari grosir di Sepaku," imbuh Haryati.

Untuk membantu dan menaikkan "kelas" UMKM macam Kedai Julia ini, OIKN memberikan pelatihan, pembinaan, serta pengelolaan usaha agar para UMKM ini mampu beradaptasi dan membersamai kemajuan dinamis zaman.

Contoh pelatihan yang diberikan adalah penjamah makanan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petugas kantin, agar dapat memberikan makanan sehat dan bergizi.

“Pelatihan yang kami laksanakan akan diteruskan pada periode selanjutnya, sehingga seluruh petugas kantin mendapatkan sertifikat penjamah makanan, jadi tidak hanya mendapatkan ilmu saja,” tutur Suwito

Ke depanya, sambung Suwito, pihaknya bakal memberlakukan registrasi bagi kantin-kantin yang ada wilayah HPK IKN.

Sebagai salah satu syarat memperoleh registrasi, apabila kantin memiliki tenaga yang tersertifikasi pelatihan penjamah makanan.

Pelatihan ini juga memiliki tujuan untuk menjaga kesehatan para pekerja konstruksi IKN sehingga mereka tetap produktif.

Karena saat ini sumber energi para pekerja konstruksi didapatkan dari makan dan minuman yang ada di kantin HPK IKN.

“Sehingga apabila kantin menyediakan makanan sehat dan bergizi tentunya akan menjaga kesehatan para pekerja dan terhindar dari penularan penyakit,” jelas Suwito.

Dibeberkannya, menurut Keputusan Menkes RI tentang persyaratan higienitas sanitasi rumah makan dan restoran, yang dimaksud dengan penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan beserta peralatannya mulai dari persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai penyajian.

Ramadhan Pertama di IKN

Raut wajah semringah terpancar dari rona dua anak muda generazi Z yang bekerja untuk konstruksi Jalan Seksi 6C-1: Sp 2 ITCI Simpang 1B yang berada di bawah naungan PT PP (Persero) Tbk.

Jauh dari orangtua, perbedaan masa dan cuaca, serta budaya tak menghalangi Wishnu dan Fitri menjalankan perannya dalam memastikan infrastruktur, tegak mendunia.

"Perbedaan-perbedaan itu saya anggap tantangan ya, bukan hambatan. Karena, terus terang berpuasa Ramadhan di tengah teriknya IKN luar biasa menguras stamina, bikin haus, bikin drop," ungkap Wishnu.

Kendati demikian, Wishnu pantang berkeluh. Dia punya cara sendiri menaklukkan tantang itu. Selain ngebut menyelesaikan tugas yang dibebankan, dia selalu membekali diri dengan vitamin dan asupan nutrisi yang baik.

Demikian halnya Aufa. Baru beberapa bulan jauh dari keluarga, rasa rindu hebat menggantang. Namun, itu tak memupuskan semangatnya untuk tetap berdaya, mengalahkan sentimental psikologis dalam dirinya.

Aufa tetap profesional, menunaikan pekerjaan yang tidak saja tepat jadwal, juga dengan kualitas yang ditetapkan. 

"Jika rindu keluarga, atau jenuh rutinitas, saya justru punya cara sendiri. Bercengkerama dengan sesama rekan pekerja. Atau healing tipis-tipis, memandang gemerlap bintang di langit Nusantara yang jernih dan bersih," cetusnya.

Kala itu, 2 hari jelang Nuzulul Qur'an, IKN memang dianugerahi kerlip gemintang di langit terang.

Dari Menara Pandang, gemerlap lampu proyek Istana Presiden dan Kantor Kementerian Koordinator di kejauhan, menambah keelokan malam.

Selamat Idul Fitri menjelang... 

https://ikn.kompas.com/read/2024/04/07/093217387/begini-suasana-ramadhan-di-ikn-kumandang-adzan-gemerlap-lampu-proyek-dan-rajutan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke