Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Masjid Terbesar Kedua Asia Tenggara, Upah Karyawan Masih di Bawah UMR

Kompas.com - 20/03/2024, 19:15 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

SAMARINDA, KOMPAS.com - Islamic Center Samarinda atau dikenal juga dengan nama Masjid Baitul Muttaqien, tampak berdiri kokoh dan megah di tepian Sungai Mahakam, Kota Samarinda, siang itu, Selasa (19/3/2024).

Ibu kota dan masyarakat Provinsi Kalimantan Timur ini beruntung memiliki para tokoh dengan visi jauh ke depan. 

Mereka adalah Wahab Syachranie, Ardans, dan Suwarna Abdul Fatah, yang merintis pembangunan masjid dengan material serba mewah dan impor ini.

Baca juga: Sekali Lagi, Universitas Top Dunia yang Masuk di IKN Tidak Bangun Kampus

Dalam perkembangannya, Islamic Center Samarinda tak sekadar sarana dakwah, melainkan juga sebagai sarana edukasi, sekaligus penggerak ekonomi umat.

Islamic Center Samarinda yang pembangunannya dibiayai dari APBD murni Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur seniali Rp 400 miliar, melibatkan nama-nama besar di bidangnya masing-masing.

Di antaranya PT Anggara Architeam sebagai konsultan arsitek, dan PT Total Bangun Persada Tbk sebagai kontraktor pelaksana. 

Namun, di balik kemegahan dan keindahan Baitul Muttaqien, masih banyak hal-hal pendukung operasionl yang butuh perhatian.

Kepala Bagian Humas Badan Pengelola Islamic Center (BPIC) Kalimantan Timur Ibrahim mengungkapkan, salah satunya adalah upah para karyawan kesekretariatan BPIC yang masih di bawah Upah Minimum Regional (UMR).

"Mereka berjumlah 80 orang dari total 300 orang. Padahal tugasnya sangat banyak, namun upahnya masih di bawah UMR," ujar Ibrahin kepada Kompas.com, Selasa (19/3/2024).

Mereka, imbuh Ibrahim, seringkali bekerja melebihi kapasitas, waktu dan tenaga. 

Tak hanya petugas kesekretariatan, pegawai lainnya yang menyangkut kebersihan masjid juga harus bekerja dengan beban tak kalah berat.

Praktis, hanya dengan jumlah petugas kebersihan terbatas, perawatan kompleks masjid seluas Islamic Center ini menjadi tidak optimal.

Sebagian dari Selasar, Tangga Tasbih, Serambi, dan Menara Asmaul Husna diselimuti debu. Bahkan, di Selasar masjid, noda tumpahan minuman berpemanis tak dibersihkan dengan baik sehingga menyisakan lengket di telapak kaki.

Aristektural Masjid Baitul Muttaqien terinspirasi Hagia Sophia Istanbul TurkiyeKOMPAS.com/REZA NOOR FAHMI Aristektural Masjid Baitul Muttaqien terinspirasi Hagia Sophia Istanbul Turkiye
Menurut Ibrahim, untuk merawat sekaligus menjalankan operasional masjid beserta fasilitas dan prasarana pelengkap lainnya dibutuhkan biaya sekitar Rp 800 juta hingga Rp 1 miliar per tahun.

Adapun Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur hanya memberikan subsidi untuk listrik dan air.  Oleh karena itu, Ibrahim berharap, sebagian biaya operasional lainnya juga seharusnya dibantu oleh pemerintah.

Hal ini karena Islamic Center merupakan aset Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. 

Seraya menanti uluran bantuan pemerintah, Ibrahim berinisiatif mengoptimalkan aset yang ada dengan menambah fungsi beberapa fasilitas sebagai destinasi wisata.

Baca juga: Samarinda Dapat Jatah Rp 2,9 Triliun Uang Tunai Ramadhan-Idulfitri

Satu di antaranya adalah Menara Asmaul Husna yang akan dilengkapi dengan coffee shop, dan ritel yang menjual merchandise Islamic Center Samarinda.

Selain itu, juga diadakan kegiatan rutin Wisata Belanja Ramadhan yang bekerja sama dengan UMKM di sekitar Ring 1 masjid.

Dari kegiatan Wisata Belanja Ramadhan ini diperoleh potensi pemasukan sekitar Rp 130.000 dari biaya sewa Rp 2,5 juta per stan.

"Segala upaya inisiatif kami lakukan untuk menutup biaya operasional," cetus Ibrahim.

Terinspirasi Haghia Sophia Turkey

Lepas dari masalah di atas, lanjut Ibrahim, Islamic Center Samarinda adalah ikon kebanggaan Kalimantan. 

Kepala bagian Humas Badan Pengelola Islamic Center (BPIC) Kalimantan Timur IbrahimKOMPAS.com/REZA NOOR FAHMI Kepala bagian Humas Badan Pengelola Islamic Center (BPIC) Kalimantan Timur Ibrahim
Tidak saja merupakan masjid terbesar di Kalimantan, melainkan juga di Asia Tenggara, setelah masjid Istiqlal.

Untuk diketahui, konstruksi fisik dimulai sejak 5 Juli 2001, dengan pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarno Putri.

Area kawasan masjid ini sebelumnya merupakan tempat penggergajian kayu milik PT Inhutani I. Tanah seluas 7,2 hektar tersebut kemudian dihibahkan perusahaan kepada pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Setelah lebih dari tujuh tahun proses pembangunan, Islamic Center Samarinda akhirnya diresmikan pada 16 Juni 2008 oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Uji coba penggunaan masjid di kawasan Islamic Center sebelum peresmian diawali dengan shalat fardhu pada November 2004.

Peresmian masjid dilakukan bersamaan dengan peresmian proyek Pertamina di Balikpapan. Dan tiga bulan kemudian setelah peresmian yaitu pada bulan Ramadhan 1429 H atau 19 September 2008 dimulai shalat Jum'at di sini.

Serah terima secara penuh oleh PT Total Bangun Persada Tbk sebagai kontraktor utama kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dilakukan dua tahun kemudian yaitu pada tanggal 12 Juni 2010.

Sebagai informasi, bangunan utama masjid ini memiliki luas sekitar 43.500 meter persegi. Sedangkan bangunan penunjangnya seluas 7.115 meter persegi.

Bangunan utama terdiri dari beberapa bagian yaitu lantai basement seluas 10.235 meter persegi.

Dana untuk membangun Islamic Center Samarinda senile Rp 400 miliar dari APBD Provinsi Kalimantan TimurKOMPAS.com/REZA NOOR FAHMI Dana untuk membangun Islamic Center Samarinda senile Rp 400 miliar dari APBD Provinsi Kalimantan Timur
Lantai dasar seluas 10.270 meter persegi, lantai utama seluas 8.185 meter persegi. Serta lantai mezanin atau balkon seluas 290 meter persegi.

Masjid berlanggam Ottoman yang terinspirasi Hagia Sophia Istanbul, Turkiye, ini juga dilengkapi tujuh buah menara.

Salah satunya menara utama setinggi 99 meter yang dikenal Menara Asmaul Husna. Karena ketinggiannya sama dengan jumlah nama Allah yang baik.

Menara utama ini terdiri dari 15 lantai. Setiap lantainya memiliki tinggi rata-rata 6 meter. Sementara empat menara lainnya yang terletak di setiap sudut masjid masing-masing memiliki tinggi 70 meter.

Adapun dua menara lainnya yang terletak di kedua sisi pintu gerbang masuk masjid masing-masing tingginya 57 meter.

Di area lobi lantai dasar masjid, terdapat sebuah beduk berukuran besar. Beduk ini dibuat dari sebatang kayu dari hutan Kalimantan berdiameter 180 sentimeter.

Diameter tersebut lebih tinggi dari rata-rata tinggi orang Indonesia. Batang kayu untuk beduk yang tidak bulat sempurna membuat tampilan beduk ini sedikit berbeda dan cukup unik.

Di kompleks masjid ini terdapat berbagai fasilitas. Khususnya fasilitas pendidikan meliputi TK dan SD Al-Fath, Taman Pendidikan Quran (TPQ), dan SMP.

Fasilitas pendukung lainnya meliputi poliklinik plus, asrama, gedung serba guna, rumah imam dan penjaga masjid, museum mini dan radio-TV Islamic Center.

Masjid ini juga memiliki perpustakaan yang berisi beragam literatur keagamaan dan umum.

Berbagai kegiatan rutin keagamaan kami gelar setiap harinya di sini. Terutama untuk ibadah salat berjamaah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com