Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/05/2024, 06:07 WIB
Masya Famely Ruhulessin,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Demi mewujudkan IKN sebagai forest city, pengelolaan air harus menjadi bagian penting dalam perencanaan IKN. 

Hal tersebut disampaikan Guru Besar bidang Ilmu Perencanaan Kota Universitas Gadjah Mada (UGM), Bakti Setiawan dalam International Conference on Forest City, Rabu (29/5/2024).

Menurut Bakti, tak hanya di dalam IKN saja, masalah manajemen air juga harus dibenahi di daerah-daerah penyangga IKN.

“Dalam pembangunan IKN, harus dibuat langkah mitigasi untuk menjembatani adanya perbedaan pengelolaan air di IKN dan area sekitarnya. Karena itu, pelibatan komunitas lokal sangat penting,” jelasnya. 

Dijelaskan, ini merupakan hal penting karena ternyata banyak kota di Indonesia belum melibatkan masalah pengelolaan air dalam pembangunanya.

“Banyak perencanaan kota di Indonesia yang sering mengabaikan masalah air. Biasanya masalah air ini tidak terintegrasi dalam perencanaan kota yang dilakukan,” papar Bakti.

Baca juga: Pemerintah Raih Kesepakatan Pendanaan Proyek Air Bersih di IKN dan Banten

Padahal keberadaan air sangat penting dan kruasian karena digunakan dalam berbagai aspek kebutuhan manusia.

Bakti menerangkan dalam satu studi kasus yang dilakukan di wilayah Sleman, Yogyakarta, banyak masalah yang ditemukan karena tidak adanya perencanaan soal air dalam pengembangan wilayah.

Beberapa masalah yang kerap ditemukan adalah minimnya ketersediaan air bersih karena sumur masih menjadi sumber utama air bersih bagi masyarakat.

Selain itu, aliran air dari PDAM belum tersalurkan dengan baik dan pelayanan yang diberikan juga belum maksimal.

Masalah lainnya yang muncul adalah manajemen air limbah yang buruk sehingga bisa mencemari sumber air bersih yang ada.

Untuk mengatasi masalah ini, Bakti mengatakan, pemerintah bisa menerapkan konsep Nature Based Solution (NBS) kepada komunitas lokal.

Baca juga: AHY Jamin Kesiapan Lahan untuk Infrastruktur Air

“Komunitas lokal harus diubah pola pikirnya untuk bersama-sama menyelesaikan masalah air. Misalnya dengan membuat sumur resapan atau parit resapan di lingkungan tempat tinggalnya,” papar Bakti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com