Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Apple Masuk IKN, Akan Bertarung dengan China, Korsel dan Eropa

Kompas.com - 20/04/2024, 08:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

NUSANTARA, KOMPAS.com - Sejumlah petinggi negara mengeklaim raksasa teknologi asal Amerika Serikat, Apple, tertarik berinvestasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Tak kurang dari Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut B Pandjaitan, hingga Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan hal senada bahwa Apple melalui sang bos, Tim Cook, tertarik melirik IKN sebagai wilayah ekspansinya.

Otorita IKN (OIKN) sendiri sejatinya belum bertemu secara langsung dengan Tim Cook.

Baca juga: Ada Konflik Iran-Israel, Pemerintah Pastikan Suplai Material Proyek IKN Aman

Namun memang, pada 3 Agustus 2023 lalu, Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital OIKN Mohammed Ali Berawi pernah melakukan pembicaraan dengan Apple.

Isi pembicaraan itu antara lain undangan untuk CEO Apple untuk masuk ke dalam anggota Dewan Penasihat Kedeputian Bidang Transformasi Hijau dan Digital

"Saat itu Apple mengutus Mirza Natadisastra, Apple Government Affairs for SEA, untuk berdiskusi lebih lanjut dengan OIKN mengenai partisipasi Apple ke IKN," ungkap Ali kepada Kompas.com, Jumat (19/4/2024).

Lepas dari itu, Ali menyambut baik ketertarikan Apple ke IKN untuk mengikuti berbagai perusahaan high tech dari Silicon Valley lainnya di Amerika Serikat yang telah menandatangai MoU pada bulan November 2023 dengan OIKN.

Mereka adalah Microsoft, Cisco, Autodesk dan Environment System Research Institute Inc. (ESRI).

Ali berharap sekaligus merekomendasikan Apple untuk berinvestasi di sektor smart city terutama digital services.

Baca juga: Bandara VVIP IKN Siap Digunakan pada 17 Agustus 2024

Mengapa bidang ini?

Ali mengatakan, rekomendasi ini sesuai dengan kapasitas dan keunggulan bisnis Apple. 

Jika memang Apple masuk IKN, akan bertarung dengan penyedia digital services lainnya dari China, Korea Selatan (Korsel), dan negara-negara Eropa.

"Mereka akan bertarung dan kami evaluasi, seleksi, dan nilai berdasarkan empat pertimbangan utama dengan sejumlah kriteria," tutur Ali.

Kriteria tersebut adalah, kriteria teknis yang menyangkut keandalan dan kualitas teknologi. Kemudian kriteria interoperability dan inovasi.

Berikutnya kriteria ekonomi yang mencakup keterjangkauan dan value for money. Selanjutnya kriteria pengembangan teknologi yang terkait dengan transfer pengetahuan dan teknologi.

Baca juga: Kantor Prabowo di IKN Dilengkapi Hutan Kota, Dijamin Lebih Hijau

"Transfer pengetahuan dan teknologi ini termasuk pendidikan dan pelatihan yang diadakan per tahun, pembangunan pusat riset atau pusat pengembangan teknologi, pembangunan pabrik produksi. Masing-masing memiliki bobot penilaian berbeda-beda dalam sistem evaluasi," papar Ali.

OIKN akan menilai secara kuantitatif kontribusi pada kriteria transfer pengetahuan dan teknologi ini karena ke depan Indonesia diharapkan dapat memiliki kemampuan dan kapasitas produksi untuk produk teknologi tinggi.

Sementara untuk pusat riset atau pusat pengembangan teknologi dapat dikembangkan bersama universitas di Indonesia.

"Sedangkan untuk pembangunan pabrik produksi dapat bekerjasama dengan perusahaaan swasta nasional," tuntas Ali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com