Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reforestasi Lahan Kritis IKN Baru 3.000 Hektar dari Total 126.000 Hektar

Kompas.com - 28/06/2024, 17:07 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Untuk itu, OIKN akan terus mempelajari upaya-upaya untuk melakukan pencegahan yang lebih efektif lagi, terutama pada area yang merupakan lokasi berulang adanya genangan ataupun banjir.

Dia juga membantah bahwa banjir di Sepaku merupakan dampak dari pembangunan IKN.

"Saya kira enggak ya. Karena lokasi itu adalah lokasi yang memang sudah pengakuan dari masyarakat yang ada sekitar tahun 1970-an itu memang adalah lokasi-lokasi yang sudah terbiasa banjir.

Baca juga: Digunakan Jokowi Juli Ini, Kantor Presiden di IKN Terus Dikejar Penyelesaiannya

Hal senada dikatakan Direktur Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Onesimus Patiung.

Menurutnya, banjir terjadi karena hujan di bagian hulu dan gorong-gorong yang tidak optimal sehingga aliran permukaan air meningkat.

Kemudian masalah ini juga diperparah oleh faktor erosi, sedimentasi dan pendangkalan sungai yang sudah terjadi sejak puluhan tahun.

Oleh karena itu, untuk melihat apakah banjir merupakan dampak dari pembangunan IKN, Otorita sedang melakukan studi agar kebijakan terkait penanganan banjir berbasis data presisi.

Sementara itu, Ketua Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN Danis Hidayat Sumadilaga menuturkan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah mengerjakan proyek pengendali banjir di IKN.

Salah satunya adalah normalisasi Sungai Sepaku yang lokasinya di luar Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN.

Kemudian, Kementerian PUPR juga membangun total 19 embung serta tiga kolam retensi untuk menampung air hujan di wilayah KIPP IKN.

Menurut Danis, fenomena banjir sudah lama terjadi di wilayah Sepaku karena letaknya yang dekat dengan muara sungai. Banjir pun berasal dari hulu sungai tersebut.

"Namun sekarang sudah jarang terjadi banjir. Kalaupun ada banjir, cepat surut. Itu banjir Selasa, keesokan harinya (Rabu) sudah surut," tuntas Danis.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com