Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Suasana Ramadhan di IKN, Kumandang Adzan, Gemerlap Lampu Proyek, dan Rajutan Keberagaman

Kompas.com - 07/04/2024, 09:32 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

NUSANTARA, KOMPAS.com - Tigapuluh menit Maghrib menjelang. Doa dan litani suci terdengar syahdu dari suara empuk sang pemakmur Masjid Al Ikhwan, di Kompleks Hunian Pekerja Konstruksi (HPK), Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.

Suasana Ramadhan tahun ini memang berbeda dan istimewa. Tidak saja disikapi dengan antusiasme tinggi, melainkan bagi sebagian penghuni HPK dan juga mereka yang terlibat pembangunan, tahun 2024 mungkin adalah Ramadhan kali pertama di ibu kota masa depan.

Baca juga: Starlink Milik Elon Musk Akan Diuji Coba di IKN Mei 2024

Tampak para pekerja dengan rupa-rupa seragam dan aneka lencana berbaur, melebur, dan mempersiapkan kudapan untuk berbuka.

Canda, tawa, dan gurau meruap di kantin yang biasanya kerap dimanfaatkan sebagai tempat janji temu, janji tawa, dan juga janji cengkerama.

Menariknya, di antara ribuan pekerja yang tengah mempersiapkan untuk membatalkan puasa, terdapat sejumlah pekerja non muslim yang juga ikut menantikan saat berbuka.

Kenneth Pribadi yang bekerja untuk perusahaan KSO PT PP (Persero) Tbk-PT Markinah, dan Aditya Harland Lorentio Bandhaso, pekerja perusahaan konsultan PT Prama Karya Mandiri, salah duanya.

Interior Masjid Al Ikhwan di Kompleks Hunian Pekerja (HPK) Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur. Tampak sejumlah pekerja tengah menunaikan ibadah shalat dzuhur.KOMPAS.com/Reza Noor Fahmi Interior Masjid Al Ikhwan di Kompleks Hunian Pekerja (HPK) Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur. Tampak sejumlah pekerja tengah menunaikan ibadah shalat dzuhur.
Bersama kedua temannya, Aditya menyengaja untuk ikut berbaur dengan rekan-rekan pekerja konstruksi lainnya usai menunaikan tugas dan tanggung jawabnya.

Sementara Kenneth bahkan kerap membantu teman-teman muslimnya membelikan takjil, serta membangunkan sahur. 

"Tak jarang saya juga sering mengingatkan mereka untuk jeda, menjalankan shalat dzuhur, dan ashar. Mereka senang dan berterima kasih diingatkan. Pokoknya, di sini pembauran itu ada dan nyata. Saya tidak merasa jadi minoritas. Saya justru gembira dan bangga bisa menjadi bagian dari sejarah, ikut membangun IKN," papar Kenneth.

Ekonomi Sirkular

Di HPK yang berjumlah 36 kios UMKM yang sebagian besar berasal dari kawasan Sepaku dan sekitarnya, para pekerja ini memenuhi hajat kulinernya.

Tersedia beragam takjil, mulai dari menu wajib seperti gorengan, kolak, minuman manis, hingga penganan khas Kalimantan bernama wadai talam dan soto banjar.

Baca juga: Singapura, Rujukan Otorita Mengelola Ekosistem Perkotaan di IKN

Selain itu, terdapat juga makanan berat seperti pecel, ayam goreng, nasi goreng, capcay, lalapan, masakan rumahan, nasi campur, dan lain sebagainya. 

Menurut Direktur Pelayanan Dasar Otorita IKN (OIKN) Suwoto, seluruh tenant yang mengisi kantin HPK ini telah dikurasi, dan harus seluruhnya berasal dari warga Sepaku dan sekitarnya.

Hal ini untuk memenuhi ketentuan penyerapan tenaga kerja lokal, membangkitkan ekonomi UMKM lokal, serta sirkulasi ekonomi.

Para pekerja konstruksi Ibu Kota Nusantara (IKN) tengah menanti saat berbukaKOMPAS.com/REZA NOOR FAHMI Para pekerja konstruksi Ibu Kota Nusantara (IKN) tengah menanti saat berbuka
Terkait sirkulasi ekonomi ini, Haryati, pemilik Kedai Julia yang merupakan penduduk aseli Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) merasa terbantu dengan kehadiran kantin HPK.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com